Senin, 24 Mei 2010

FENOMENA GAYUS HALOMOAN SEORANG PEGAWAI PAJAK YANG KORUP DENGAN SOFTSKILL

Usianya masih 30 tahun. Tapi sepak terjangnya sudah menggegerkan Mabes Polri. Gayus Halomoan Tambunan, belakangan ini namanya santer disebut sebagai makelar kasus pajak yang ditangani tidak sesuai aturan alias penuh rekayasa. Kasus ini diduga melibatkan sejumlah jenderal di kepolisian.

Namanya pertama kali disebut oleh mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji. Susno menyebutkan Gayus memiliki Rp 25 miliar di rekeningnya, namun hanya Rp 395 juta yang dijadikan pidana dan disita negara. Sisanya Rp 24,6 miliar tidak jelas.

Dalam kasus pajak ini Gayus dibidik Polri dengan 3 pasal, yakni pasal penggelapan, pencucian uang, dan korupsi, namun di persidangan dia hanya dituntut dengan pasal penggelapan. Hakim memvonisnya dengan hukuman 1 tahun percobaan. Belakangan dia dibebaskan.

Uang sebanyak itu tentu saja mengejutkan menilik Gayus hanya pegawai pajak golongan IIIA. Dirjen Pajak Mochmamad Tjiptardjo pun tidak kalah terkejutnya.

Sebagai perbandingan, gaji PNS golongan IIIA dengan masa jabatan 0 sampai 10 tahun hanya berkisar antara Rp 1.655.800 sampai Rp 1.869.300 per bulan. Namun angka ini belum memperhitungkan tunjangan menyusul adanya remunerasi di Ditjen pajak

Di kantor pusat pajak, Gayus memegang jabatan sebagai Penelaah Keberatan Direktorat Jenderal Pajak. Namun seiring merebaknya kasus markus ini, jabatan Gayus langsung dicopot. Dia kini hanya menjadi pegawai pajak biasa. Seharian kemarin Gayus menjalani pemeriksaan di Direktorat Kepatutan Internal Transformasi Sumbaer Daya Aparatur (KISDA) Pajak.
Kaitannya dengan softskill : Tidak ada satu pun perilaku korupsi yang menunjukkan ciri-ciri seseorang yang memiliki kemampuan softskill yang tinggi. Softskill tidak bisa dimiliki dalam waktu yang singkat, sebab berhubungan erat dengan kepribadian dan kebiasaan kita. Oleh karena itu, softskill perlu ditanamkan sejak dini agar bibit-bibit korupsi tidak mencuat dalam diri seseorang, khususnya generasi muda. Apabila seseorang memiliki softskill, dia tidak akan melakukan kecurangan meski dalam keadaan tertekan sekalipun (misalnya gaji rendah, atau bahkan tergiur oleh uang suap yang besar jumlahnya sementara hidupnya sedang susah), sebab telah tertanam kuat nilai-nilai moral di dalam dirinya, dan ada rasa bersalah dan berdosa apabila melakukan kecurangan/ketidakjujuran. Berbeda sekali dengan para koruptor yang tidak merasa bersalah di atas penderitaan rakyat, malah berfoya-foya dengan uang haram. Perlunya menanamkan softskill kepada generasi muda bangsa kita sejak dini agar bangsa kita kelak dapat memiliki pemimpin-pemimpin yang bersih, dan membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar